Mengatasi delapan jenis ketakutan pada anak

Posted by gadhing Property 0 comments

Bila rasa takut anak sudah mencapai puncak, maka orangtua pun cemas.
Kondisikan anak-anak menjadi pemberani.



Sebenarnya, banyak hal yang sewaktu-waktu bisa menjadi momok bagi anak balita. Berdasarkan pengalaman menangani kasus pada anak takut, dr. Ika Wijaya, SpKJ, seorang psikiatri FKUI-RSUPN mengidentifikasi beberapa jenis rasa takut dan cara mengatasinya sebagai berikut.

1. Takut Berpisah
Biasanya anak selalu cemas saat berpisah dengan orang terdekatnya, walau hanya sesaat, terutama ibu yang selama tiga tahun pertama menjadi figur paling dekat. Figur ibu tak selalu harus berarti ibu kandung, melainkan bisa juga pengasuh, kakek-nenek, ayah, atau siapa saja yang memang dekat dekat dengan anak.
   
Cara Mengatasi :
Jelaskan pada buah hati, mengapa ibu harus pergi. Begitu juga penjelasan dengan waktu, meski anak pada usia ini belum sepenuhnya mengerti kapan pagi, siang sore dan malam. Kondisikan anak dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, misalnya orangtua mengatakan, "Nanti, waktu kamu makan sore, Ibu sudah pulang." Jika tak bisa pulang sesuai waktu yang dijanjikan, beritahukanlah anak lewat telepon. Sebab, anak akan terus menunggu dan ini justru bisa menambah rasa takut anak. Ia akan terus cemas bertanya-tanya, kenapa sang Ibu belum datang.
2. Takut Orang Asing
Pada usia-usia awal, anak memang mau digendong dengan siapa saja. Namun pada usia 8-9 bulan biasanya mulai muncul ketakutan atau sikap menjaga jarak pada orang yang belum begitu dikenalnya. Ini normal karena anak sudah mngenali orang. Ia mulai sadar, mana orangtuanya dan mana orang lain.
   
Cara Mengatasi :
Pada usia balita seharusnya rasa takut pada orang asing sudah mulai berangsur hilang. Sebab, biasanya anak sudah bereksplorasi. Semestinya anak sudah memperoleh cukup pengetahuan untuk menyadari bahwa tak semua orang asing itu menjadi ancaman.
Biasanya, justru karena orangtua kerap menakut-nakuti sehingga anak bersikap seperti itu. "Awas, jangan dekat-dekat sama orang yang belum kamu kenal. Nanti diculik, lo!" Memang boleh-boleh saja orang tua menasehati anak untuk bersikap hati-hati pada orang asing, tapi sewajarnya saja dan bukan dengan cara menakut-nakutinya.

3. Takut Dokter
Anak pernah mengalami hal tak mengenakkan, seperti disuntik. Karenanya, ia jadi takut kepada sosok tertentu. Belum lagi kalau orangtua rajin "mengancam" setiap kali anak dianggap nakal. "Nanti disuntik dokter, lo, kalau makannya gak habis!"
   
Cara mengatasi :
Izinkan anak membawa benda atau mainan kesayangannya saat datang ke dokter sehingga ia merasa aman dan nyaman, Di rumah, orang tua bisa membantunya dengan menyediakan mainan berupa perangkat dokter. Biarkan anak menjalani peran dokter dengan boneka sebgai pasiennya. Secara berkala ajak anak ke dokter gigi untuk menjaga kesehatan giginya. Tak ada salahnya juga memngajak dia saat orangtua atau kakak/adiknya berobat gigi. Dengan begitu anak memperoleh informasi bagaimana dan ke mana ia harus pergi untuk menjaga kesehatan giginya. Lambat laun ketakutannya pada sosok dokter justru berganti menjadi kekaguman.

4. Takut Hantu
"Hi, di situ ada hantunya. Ayo, jangan main di situ!" Gara-gara sering diancam dan ditakuti seperti itu, balita yang sebelumnya belum mengerti sama sekali tentang hantu, jadi tahu dan takut. Bisa juga karena ia menonton film horor di televisi.
   
Cara mengatasi :
Jauhkan anak dari tontonan film-film misteri. Orang tua pun jangan pernah menakut-nakuti anak hanya demi kepentingannya. Lebih baik anak dikondisikan dengan pendekatan cerita-cerita relijius yang semakin menambah nilai mentalitas keberaniannya.

5. Takut Gelap
Terkadang masih ada saja ditemukan orangtua yang tidak bijaksana. Karena anak bersalah, ia dihukum dengan dikurung di ruang gelap. Perlakuan orangtua seperti ini akan membahayakan mentalitas anak. Bila pengalaman pahit itu membekas, bukan tidak mungkin rasa takutnya akan menetap sampai usia dewasa. Ia akan keluar keringat dingin atau malah jadi sesak napas setiap kali berada di ruang gelap atau menjerit-jerit kala listrik mendadak padam.
   
Cara Mengatasi :
Saat tidir malam, jangan biarkan kamar anak gelap gulita. Paling tidak, biarkan lampu tidur yang redup tetap menyala. Cara lain, biarkan boneka atau benda kesayangannya tetap menemaninya, seolah temannya hingga anak tak perlu takut. Selain itu, sugestikan keberanian anak dengan mengajarinya doa-doa.

6. Takut Berenang
Sangat jarang anak usia balita takut air. kecuali kalau dia pernah mengalami hal tak mengenakkan semisal tersedak atau malah nyaris tenggelam saat berenang.
   
Cara Mengatasi :
Lakukan pembiasaan secara bertahap. Pertama-tama, biarkan anak-anak sekedar merendam kakinya atau menciprat-cipratkan air di kolam mainan sambil tetap mengenakan pakaian renang. Bisa juga dengan memasukkan anak dengan memasukkan anak ke klub renang yang ditangani ahlinya atau dengan sering mengajaknya berenang bersama dengan saudara atau teman-teman seusianya. Tentu saja sambil terus didampingi dan dibangun keyakinan dirinya bahwa berenang sungguh menyenangkan, hingga tak perlu takut. Kalau pun anak tetap takut, jangan pernah memaksa apalagi memarahi atau melecehkan rasa takutnya.

7. Takut Serangga
Tak sedikit anak yang takut pada cicak, jangkrik, kecoa atau hewan serangga lainnya. Sebetulnya ini wajar. Orangtua tak boleh menabahi ketakutan anak dengan menakut-nakutinya. Tapi harus bisa memahaminya. Sebab, anak kecil itu mungkin saja menemukan banyak hal yang dapat membuatnya takut.
   
Cara Mengatasi :
Boleh saja orangtua memberi pengenalan tentang alam binatang pada anak. Tak perlu kelewat detail. Tugas orangtua sebatas memahami ketakutan anak sekaligus membantunya merasa aman. Boleh saja mengatakan, "Ayah tahu kamu takut jangkrik." Jangan paksa anak berada terus-menerus dalam pembicaraan mengenai rasa takutnya. Jangan pula memaksa anak bersikap sok berani menghadapi ketakutannya. Ini hanya akan membuat anak semakin takut. Bila dipaksakan terus, anak mala bisa fobia pada serangga. Biarkan anak tertarik dengan sendirinya dan biasanya ini terjadi setelah anak berusia dua tahunan. Jika anak memang takut kala ada serangga yang terbang didekatnya, bantulah untuk mengusirnya bersama.

8. Takut Masuk Sekolah
Tak mudah melepas anak usia balita masuk sekolah. Sebab, ia harus beradaptasi dengan lingkungan barunya. Padahal, tak semua anak gampang beradaptasi. Dari pihak orangtua, tak sedikit pula yang justru tak rela melepas anaknya "sekolah" karena khawatir anaknya terjatuh kala bemain atau didorong temannya.
   
Cara Mengatasi :
Orangtua tetap selalu mengantar anak ke sekolah. Sebab, ini menyangkut soal pembiasaan. Kalau pun dihari-hari berikutnya ada sekolah-sekolah yang bersikap tegas hanya membolehkan orangtua menunggu diluar, sampaikan informasi ini pada anak. Guru pun harus bisa menarik perhatian anak agar tidak terfokus pada ketiadaan pendampingan orantuanya dengan bermain. Saat asik bermain dengan teman-temannya, tentu ia akan lupa.
(Sumber:Ust. M. Azhari Hatim, MA. Pemerhati masalah keluarga)

Jam belajar yang Efektif

Posted by gadhing Property 0 comments
Memotivasi anak untuk belajar berbeda-beda menurut usianya. Bagi Sasty yang Masih TK mungkin Jam belum bisa ditentukan. Di jenjang SD, usia ini dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu kelas rendah (kelas 1-3 SD) dan kelas atas (kelas 4-6 SD). Dan ciri khas yang berbeda.

KELAS 1-3 SD
Anak-anak di kelas bawah masih menapaki masa transisi dari taman kanak-kanak yang aktivitas belajarnya dilakukan sambil bermain ke jenjang sekolah dasar yang formal. Maksudnya, mereka dituntut untuk banyak berada dalam dalam kelas dan duduk tenang memperhatikan penjelasan guru serta mengerjakan tugas-tugas.

Anak-anak sering mengalami schoolphobia. Ilustrasi: freewebs.com

Tuntutan tersebut tentu saja menyulitkan karena sebenarnya murid-murid kelas rendah masih dalam usia bermain. Sayangnya, banyak orang tua, bahkan guru, melupakan ciri khas usia ini. “Anak kelas 1-2 belum bisa diharapkan duduk lama karena rentang perhatiannya maksimal sekitar 15 menit. Jadi mereka bukan nakal kalau enggak bisa diam di kelas.”

Berkaitan dengan masa transisi ini pula, orang tua mesti peka dengan kemungkinan munculnya school phobia pada anak. Pahamilah bahwa perubahan-perubahan dari TK ke SD sering membuat murid kelas rendah “ketakutan”.

Belajar sambil bermain itu menyenangkan.

Agar anak dapat melalui masa transisinya dengan mulus, orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi belajar yang pas menurut ciri khas anak usia kelas 1 - 3 SD atau kurang lebih 6-8 tahun. Inilah pokok-pokoknya:

Belajar sambil bermain
Pada prinsipnya hampir sama dengan cara belajar anak TK. Namun, untuk anak SD alihkan ke cara bermain yang lebih konstruktif. “Tolong ambilkan Bunda 2 cokelat, dong. Nah, di tangan Bunda sudah ada 1 cokelat. Bunda jadi punya berapa cokelat sekarang? Suasana belajar pun tak perlu harus serius. Jadi tak selalu harus belajar di belakang meja, bisa juga sambil tiduran di lantai, misalnya.

Manfaatkan PR

Manfaatkan kesempatan ini.

Sampai saat ini Pekerjaan Rumah (PR) untuk murid kelas rendah masih menjadi pro-kontra. Selama tidak berlebihan, sebenarnya PR banyak memberi manfaat. Salah satunya untuk mengulang sedikit pelajaran yang sudah didapat anak di sekolah. Masalah timbul kalau anak sering dijejali PR. Inilah yang sering menjadi beban bagi anak.

Beri dukungan
Dukungan memang selalu diperlukan, terutama saat anak menghadapi masa-masa sulit di sekolah. Bentuknya bisa sangat sederhana, misalnya ketika anak memperoleh nilai buruk, kita tidak perlu menjatuhkan vonis bahwa ia bodoh atau pemalas.

Beri dukungan sepenuhnya, saat mereka belajar.

Lebih baik, luangkan waktu untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan anak. “Sebagai awal, orang tua perlu mencari tahu perasaan anak ketika memperoleh nilai 50. 
Apakah ia kecewa, sedih atau biasa-biasa saja, karena jangan-jangan ia tidak mengerti bahwa nilai 50 itu berarti kurang.” Lalu tetaplah beri dukungan. “Untuk hari ini enggak apa-apa dapat 50. Kamu bisa dapat nilai yang lebih baik di ulangan berikutnya, tapi kamu harus belajar.”

Jadilah model yang baik
Ini berarti orang tua jangan sampai terlihat santai saat anak sedang belajar. “Misalnya, ketika sedang mengerjakan PR anak melihat ibunya menonton televisi dan ayahnya tidur. Bisa-bisa anak merasa diperlakukan tidak adil. ‘Ih, ayah, kok, bisa tidur sedangkan aku harus belajar?" Akan lebih baik bila saat anak belajar, orang tua juga tampak “belajar”, seperti menemani anak sambil membaca koran atau buku. Dengan begitu anak akan mendapat panutan.

Menetapkan jam belajar yang rutin salah satu kunci suksesnya.

Tetapkan jam belajar
Misalnya, dari jam 5 sampai 7 disepakati sebagai jadwal belajar anak. Namun, jadwal harus dibuat dengan mempertimbangkan jam sekolahnya. Berilah ia waktu untuk  beristirahat sebelum waktu belajar. Saat waktunya belajar, anak harus diberi pengertian bahwa rentang waktu itu harus diisi hanya untuk kegiatan belajar. Artinya ia tidak nonton TV, tidak mendengarkan radio, atau tidak bermain playstation.

ANAK 4-6 SD
Anak-anak SD kelas atas sebenarnya sudah diharapkan memiliki self learning regulation atau kesadaran untuk belajar sendiri. Jika pada anak kelas 1-3 SD, orang tua masih sangat terlibat dalam proses belajar anak, maka pada anak kelas 4-6 SD orang tua hanya jadi pendamping saja. Mereka sudah harus tahu apa yang mesti dikerjakan.

Namun begitu, orang tua tetap perlu menumbuhkan motivasi belajarnya agar tak kendur. Caranya, ingatlah bahwa salah satu ciri anak usia ini adalah penggunaan logika yang sudah semakin mendalam. Orang tua perlu memberikan alasan-alasan yang masuk akal tentang pentingnya belajar. Berikut beberapa kiatnya:

Kaitkan dengan Hobinya
Kalau hobi anak adalah menonton acara kuis di TV, orang tua bisa memberi komentar. “Dia bisa dapat menang dandapat hadiah mobil karena pintar. Wah, pasti dari kecil dia sudah senang belajar dan bisa mengatur waktu, deh!

Membuat jadwal, yuk!

Ajak untuk Mmembuat Jadwal
Pada usia ini biasanya anak mulai memiliki banyak kegiatan. Ada latihan basket, renang, jalan-jalan dengan teman, juga main games. Oleh karena itu, libatkan anak dalam pengaturan jadwal kegiatannya. Jelaskan bahwa anak boleh memiliki kegiatan apa pun, tapi belajar merupakan prioritas utama. Dengan diberi pengertian seperti itu dan dibiarkan mengatur jadwal sendiri, ia tidak akan merasa terpaksa. Jangan lupa, keterpaksaan hanya akan mengendurkan motivasi anak dalam belajar.

Rencanakan Masa Depan
Karena murid-murid kelas atas, terutama kelas 5 dan 6 sudah akan memasuki sekolah lanjutan, orang tua perlu mengajak anak untuk mengadakan rencana masa depan. “Kamu mau masuk SMP mana? Kira-kira di situ NEM-nya berapa, ya? Yuk kita mulai kejar dari sekarang supaya kamu bisa lolos ke sana!”

Namun, perlu di ingat agar orang tua juga melihat kenyataan. Jika harapan anak terlalu tinggi, maka harus didiskusikan. “Kalau orang tua melihat anak akan sulit masuk ke salah satu sekolah favorit, ia perlu diajak mencari alternatif. ‘Kalau enggak keterima di situ, kamu mau masuk sekolah mana lagi?’ Namun tentunya orang tua tetap memotivasi anak untuk belajar lebih baik.”

Berdasarkan penelitian, anak-anak yang berhasil ternyata memiliki pengaturan waktu yang baik, tertib mengikuti jadwal, dan disiplin dalam belajar. Itu semua bisa didapat bila anak sudah memiliki self learning regulation.

Namun ingat, selain memotivasi anak untuk belajar, orang tua juga perlu memberinya waktu bermain. Jangan sampai tujuh hari dalam seminggu diisi kegiatan belajar terus-menerus. “Mentang-mentang Senin-nya masuk sekolah, Minggu pun diharuskan belajar. Lebih baik gunakan hari libur sebagai playtime untuk menghindari kebosanan anak akan belajar,” .

belajar yang efektif

Posted by gadhing Property 0 comments
ditulis dari berbagai sumber.

Saat mendengar kata "belajar", banyak anak yang enggan untuk melakukannya. Sebagai orang tua tentunya kita ingin agar anak kita menjadi pintar dan tidak ketinggalan pelajaran, tetapi bagaimana caranya supaya anak mau disuruh belajar ? 
Dibawah ini merupakan beberapa tips agar anak agar tidak malas belajar:

1. Jadilah contoh yang baik buat anak.
Orang tua merupakan panutan dari anaknya, oleh karena itu kita harus memberikan contoh terbaik agar ditiru oleh anak. Saat orang tua menyuruh dan mengawasi anak belajar, usahakan agar Anda juga terlihat seperti mempelajari sesuatu, misalnya dengan membaca buku. Sesekali ajak anak Anda untuk berdiskusi mengenai suatu topik yang hangat. Dengan begitu anak melihat bahwa orang tuapun ikut belajar.

2. Pilihlah waktu belajar yang baik.
Ketika anak merasa capek, ia akan enggan untuk melakukan apa saja. Oleh karenanya, coba pilihlah waktu yang tepat dimana anak sedang merasa segar untuk melakukan sesuatu, termasuk kegiatan belajar. Anda dapat mencoba di sore hari saat anak sudah mandi sore.

3. Buatlah jadwal belajar.
Anak cenderung untuk melakukan sesuatu yang pasti. Dengan membuat jadwal belajar secara rutin, anak akan mengerti bahwa jam yang ditentukan tersebut merupakan waktunya untuk belajar.

4. Kenali daya konsentrasi anak Anda.
Setiap anak memiliki daya konsentrasi yang berbeda-beda. Coba amati anak Anda, apakah ia tipe anak yang dapat berkonsentrasi selama 2 jam penuh atau hanya 30 menit. Apabila anak Anda merupakan tipe daya konsentrasi pendek, berikan istirahat sejenak disela-sela waktu belajar, setelah itu, anak dapat meneruskan kegiatan belajarnya lagi.

5. Berikan bantuan saat anak membutuhkannya.
Saat mengerjakan PR, kadang anak menemui soal yang sulit untuk dikerjakannya. Coba berikan bantuan saat ia membutuhkannya dengan cara menjelaskan bagaimana untuk menyelesaikan soal tersebut. Dengan begitu, anak dapat mengetahui bagaimana cara mengerjakannya tanpa harus terjebak di soal yang sulit.

Semoga tips diatas dapat membantu...

butterfly kupu kupu

Posted by gadhing Property 0 comments

sasty
Tidaklah berlebihan bila kupu-kupu dikatakan sebagai primadona di antara satwa avertebrata lainnya. Sayapnya yang indah dan menarik mampu memikat hati banyak orang. Susunan sisik serupa atap genteng pada sayap kupu-kupu memberi corak serta pola warna, dan ini merupakan dasar pemberian nama pada kelompok serangga ini, yaitu Lepidoptera.

Indonesia dianugerahi keragaman kupu-kupu yang berlimpah. Dari perkiraan 17.500 jenis kupu-kupu di dunia, tak kurang dari 1.600 jenis di antaranya tersebar di Indonesia. Kekayaan jumlah jenis ini hanya tertandingi oleh negara-negara tropis di Amerika Selatan, seperti Peru dan Brasil yang mempunyai sekitar 3.000 jenis.


Sasty

 

gadhing property Template by Ayah Bojonegoro | 2012