mengatasi anak susah makan

Posted by gadhing Property

Kaum ibu sering menghadapi masalah anak susah makan. Masalah ini timbul karena anak berada dalam usia peralihan. Anak pada usia batita mengalami adaptasi dari makan cair dan lembek ke makanan yang lebih keras, dan penyesuaian itu cukup sulit bagi anak. Jadi, bila anak susah makan, kitalah yang mengupayakan untuk mengatasinya. Jangan buru-buru jengkel lalu marah-marah pada si kecil.
Masalah makan si kecil memang membuat kita jadi serba salah. Bahkan, tak jarang jadi sering kehabisan akal. “Saya langsung over reactive waktu Siska susah makan. Saya takut dia kekurangan gizi,” ujar seorang ibu tentang anaknya, Siska. Akibatnya, Siska langsung “dijejali” dengan seabrek makanan. Apa yang terjadi? Siska malah semakin mengunci rapat-rapat mulutnya!
Fisik atau psikis?
Untuk urusan makan, sebenarnya balita (terutama usia 0-12 bulan) adalah konsumer pasif. Artinya, dia lebih banyak mengonsumsi makanan yang sudah kita pilihkan. Dari sinilah sebetulnya anak mulai belajar perihal pola makan. Bagaimana pola makan yang anda tanamkan pada saat ini akan menentukan pola makan dan juga kebiasaan makan si kecil di masa depan. Menurut dr. Dida Ahmad Gurnida, Sp.A, MKes., pengajar di Subbagian Nutrisi dan Metabolisme, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran – RS Hasan Sadikin, Bandung, “Ada tiga jenis gangguan pola makan yang kerap dialami oleh balita, yaitu sulit makan, pilih-pilih makanan atau picky eater, serta susah mengontrol nafsu makan alias makan melulu.” Manakah yang paling banyak terjadi pada balita?
“Walau secara nasional belum ada data, gangguan makan yang paling banyak dialami anak-anak usia ini di Indonesia adalah sulit makan, khususnya anak usia 6 bulan ke atas,” jawab dr. Dida. Sebenarnya, penyebab sulit makan pada balita terdiri dari dua faktor, yaitu fisik dan psikis.
Kalau fisik yang jadi pemicu, misalnya karena ada gangguan di sistem saluran pencernaan, akibatnya si kecil mual setiap kali makan. “Atau, bisa juga memang ada gangguan di gigi-geliginya, dan sebagainya. Namun, jangan panik dulu. Presentase akibat faktor ini kecil sekali,” kata dr. Dida lagi. Bagaimana dengan faktor psikis? “Justru inilah yang jadi penyebab utama sulit makan pada balita. Namun, ada tapinya. Faktor ini juga jadi pemicu timbulnya gangguan makan lainnya,” sambung dr. Dida.
Menurut Dra. Dini Daengsari, MSi., staf pengajar dari jurusan Psikologi Perkembangan, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok, “Secara psikis, gangguan pola makan balita ternyata akibat kesalahan para orang tua juga. Bukankah anda yang menyediakan makanan bagi si kecil?” Dini menyatakan lagi, “Karena merasa cemas anaknya tidak mau makan, kita langsung memberinya makanan sesuai porsi kita. Atau, kalau si kecil masih juga tidak mau makan, pilihannya cuma dua. Dipaksa makan atau dimarahi,” katanya Tidak hanya itu. Biasanya, anak juga dipaksa duduk manis ketika makan. Kalau sudah begini, makan anak diasosiasikan anak sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Padahal, suasana makan yang menyenangkan amat membantu dalam pemberian makan pada anak.
Bagaimana dengan si picky eater ? Bisa jadi ini karena variasi makanannya tidak cukup banyak. Atau, karena suka rasa tertentu saja, si kecil hanya mau makan yang itu-itu saja. “Celakanya, kemauan si anak ini selalu kita turuti. Alasannya? Daripada tidak makan,” lanjut Dini. Psikolog UI ini juga mengatakan bahwa anak yang tidak bisa mengontrol nafsu makannya adalah masalah juga. “Bisa jadi, ini karena kebiasaan anak dari kecil. Kita kan senang tuh melihat anak yang makan banyak, sehingga dia dibiasakan untuk makan melulu. Akhirnya, anak berpikir kalau makan banyak itu adalah sesuatu yang diharapkan olehorang tuanya. Masalahnya, kebiasaan ini bisa terbawa sampai ia remaja kelak,” katanya lagi. Dalam hal ini dr. Dida menambahkan, “Karena Anda selalu menuruti nafsu makannya, lama-kelamaan anak tidak punya rangsang lapar dan tidak mengenal rasa kenyang. Dia akan makan terus, terus dan terus. Ini yang bahaya!”
Perilaku orang tua yang kurang tepat lainnya adalah, “Pemberian makan dijadikan semacam reward . Kalau si kecil melakukan sesuatu yang baik, ia akan diberi ‘penghargaan’, berupa makanan kesukaannya. Akhirnya, makanan jadi sesuatu yang diharapkan,” sambung Dini. Jadi, gangguan pola makan si kecil memang ujung-ujungnya bermuara pada orang tua juga. Kita harus sadar bahwa anak selalu punya strategi untuk “mengalahkan” orang tuanya. Salah satunya, ya dengan memanipulasi “kelemahan” orang tua dalam urusan makannya dengan jalan mogok makan kalau tidak diberi hadiah, misalnya. “Makanya, sejak awal anda atau pasangan harus menanamkan pola makan yang sehat dan sesuai takaran makan anak. Dengan begitu, anak akan mempunyai pola makan yang benar,” tegas dr. Dida.
Begitu melihat adanya gangguan pola makan si kecil, sebaiknya anda segera membawanya ke dokter. Karena, bila gangguan makan anak dibiarkan berlarut-larut, kesehatannya jadi taruhannya. Misalnya, kurang gizi dan sebagainya. Sebelumnya, anda bisa mengira-ngira gangguannya termasuk jenis yang mana? Nggak susah kok untuk mengetahuinya. Lihat saja intake makanannya. Kurang atau berlebih? Anda bisa memantau kondisi gizinya berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan. Caranya, lihat saja dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang ada pada buku periksa rutin anak anda. Setelah diperiksa dokter dan bila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa gangguan makan si kecil sifatnya psikis, barulah anda membawanya ke psikolog anak.
Ini solusinya!
Bila gangguan pola makan balita ternyata faktor psikis, hal ini masih harus dilihat case by case . Misalnya saja, jika susah makannya akibat ‘dipaksa’ makan, sebaiknya anda cari kiat untuk menghilangkan traumanya, seperti mengganti makanannya untuk sementara waktu. “Sebenarnya, menciptakan suasana makan yang menyenangkan tidak susah. Yang penting, jangan memaksa anak untuk makan ini itu. Bahkan, kalau perlu, si kecil diajar untuk memilih. Tentu saja ada syaratnya. Perkenalkan anak dengan berbagai variasi makanan, lalu biarkan ia memutuskan sendiri makanan yang diinginkannya,” saran Dini.
Nah, agar si kecil berpola makan benar, anda perlu tahu kebutuhan dan ukuran makannya yang paling pas. Pada intinya, pola makan balita harus bergizi seimbang. Ini berarti, zat-zat gizinya harus komplit dan diberikan dalam porsi yang sesuai. Selain itu, jadwal pemberian makanannya harus dilihat lagi. Sebagai catatan, pemberian makan pada anak sangat individual sekali sifatnya. Ada anak yang makan sedikit tapi sering, namun ada juga yang makannya sesuai jadwal makan keluarga, yaitu 3-4 kali sehari. “Jadi, penting untuk mendiskusikan hal-hal ini dengan dokter anak Anda,” ujar dr. Dida.
Pola Makan yang Baik
Pola makan anak dikatakan baik bila memenuhi tiga aspek berikut:
* Aspek fisiologis. Memenuhi kebutuhan gizi untuk proses metabolisme, membantu proses pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikomotor anak.
* Aspek edukatif. Anak jadi pandai mengonsumsi makanan, dan membentuk kebiasaan memilih makanan yang baik.
* Aspek psikologis. Memenuhi kepuasan atas rasa lapar dan haus pada anak.

Penyebab anak susah makan & tips singkat mengatasinya :
1.Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan.
Menu makan saat bayi (> 6 bl) yg itu-itu saja akan membuat anak bosan dan malas makan. Belum lagi cara penyajian makanan yg campur aduk antara lauk pauk spt makanan diblender jadi satu. Sama spt
orang dewasa, kalau kita makan dg menu yg sama tiap hari dan disajikan dg campur aduk, pasti akan malas makan. Begitu juga dg pengenalan makanan kasar.
Tips : Tentu saja variasikan menu makan anak. Jika perlu buat menu makan anak min. selama 1 minggu utk mempermudah ibu mengatur variasi makanan. Jadi tergantung pinter-pinter- nya ibu memberikan makanan bervariasi. Spt kalau anak gak mau nasi, kan bisa diganti dg roti, makaroni, pasta, bakmi, dsb. Penyajian makanan yg menarik juga penting sekali. Jangan campur adukkan makanan. Pisahkan nasi dg lauk pauknya. Hias dg aneka warna & bentuk. Jika perlu cetak makanan dg cetakan kue yg lucu. Hal ini tidak hanya berlaku bagi si kecil. Orang dewasa sekalipun akan tertarik menyantap makanan yang dihidangkan apik. Sayuran misalnya, kebanyakan anak tiadk suka makan sayuran. Padahal kandungan gizinya luar biasa. Padahal, menyiasatinya tak sulit. Sayuran bisa dijadikan bentuk-bentuk yang menarik. Warnanya pun mendukung untuk menarik perhatian anak. Dalam hal ini, dituntut kreativitas sang ibu. Selain bentuk dan penyajian makanan, keragaman menu makanan dapat menghindarkan kebosanan anak.
2.Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan , sehingga anak tidak merasa lapar.
Seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack ber-MSG, dsb. Akibatnya ketika jam makan tiba anak sudah kekenyangan.
Tips : Atur makanan selingan atau cemilan jauh sebelum waktu makan tiba. Beri juga cemilan yang sehat spt potongan buah, sayur kukus, keju, yoghurt, es krim, cake buatan ibu, dsb.
3. Minum susu terlalu banyak
Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan dewa yang bisa menggantikan makanan utama spt nasi, sayur & lauk pauknya Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar. Atau orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu..Akhirnya, daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, diberikan saja susu berlebihan. Padahal setelah anak berusia 1th, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib. Secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor saja. Kan kalsium dan fosfor ini dengan mudah kita dapatkan dalam ikan-ikanan, sayur & buah.
Tips : Kurangi susu ! Di atas usia 1 tahun kebutuhan susu hanya 2 gelas sehari. Mulailah melatih anak dg berbagai jenis makanan. Ubah pola pikir orangtua.
4. Terpengaruh kebiasaan orang tuanya.
Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya. Banyak perilaku yg dilakukan ortunya yg mempengaruhi perilaku makan anak. Mis. anak yang tumbuh dalam
lingkungan keluarga yang malas makan (ex. diet), akan mengembangkan perilaku malas makan juga. Perilaku lainnya, sering kita jumpai orang tua masih menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Akibatnya anak gak terlatih untuk bisa makan sendiri. Perilaku makan yang kurang pas juga spt kebiasaan ortu ketika menenangkan anak yg sedang rewel dengan cara membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb.). Akibatnya anak kekenyangan & malas makan.
Tips :
Perhatikan & ubah kebiasaan & perilaku orang tua kapanpun, termasuk perilaku makan. Ingat, anak merekam, belajar & menerapkan semua hal yg ia dapat dari lingk sekitarnya, terutama ortunya. Biarkan anak mencoba memakan makanan sendiri sejak dini, tanpa disuapi. Gak perlu takut berantakan. Feeding is about learning.
5. Munculnya sikap negativistik ( fase normal yg dilewati tiap anak)
Pada usia >2 th, anak sering membangkang / tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang gak mau, makanannya suka dilepeh atau dilempar, dsb. Ini disebut sikap negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yg dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk independent . Jadi batita umumnya ditandai dengan AKU, artinya segala sesuatunya harus berasal dari AKU bukan dari orang lain; intinya power. Nah banyak ortu yg gak memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada ortu yg mengancam anaknya bahkan memukul. Cara2 tsb harus dihindari.
Justru semakin anak pd usia ini dipaksa, justru akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya) . Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang
sampai dewasa emoh makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.
Tips : Pahami kondisi anak dg baik. Jadilah ortu yg otoritatif. Artinya bersikap tidak memaksa, tetapi juga tidak membiarkan begitu saja. Bina komunikasi yg baik dg anak. Bersabarlah menghadapi anak.
Kan rumah adalah madrasah pertama & utama bagi anak.
6. Anak sedang sakit / sedih
Anak tidak mau makan dapat juga disebabkan krn anak sedang sakit atau sedang sedih. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan cerewet, maka di kala sakit ia lebih suka diam dan terlihat malas-malasan.
Tips : Kembali pada konsep bina komunikasi yg baik. Jangan paksakan anak kalau gakmau makan. Beri makanan ringan yg padat kalori, spt makaroni skutel, dsb.
7. Tetap kreatif mengolah & menyajikan makanan, bina komunikasi yg baik, terus belajar menjadi ortu & memahami kondisi anak, dan bersabar.
8. Bagi ibu yang bekerja, luangkan waktu sebentar saja tetapi berkualitas untuk menyuapi anaknya. Sebab, sebenarnya anak-anak sangat mengerti bila ibunya bekerja.
9. Berikanlah kepuasan psikis kepada anak yang sesuai dengan usianya, dan buatlah agar suasana hatinya senang, misalnya anak makan sambil jalan-jalan, melihat kereta api, dan lain-lain. Problem utama anak susah makan itu 6 bulan sampai 2 tahun. Asal usia itu terlewati dengan bagus, Insya Allah ke depannya tidak ada masalah.
10. Pada saat orang tua baik ibu maupun ayahnya pulang kerja, pertama kali yang harus dipegang atau disapa adalah anaknya. Jangan yang lain.
11. Jangan memaksa anak makan sampai mencekoki, mencubit atau bahkan memelototi. Bagaimana bila anak tidak mau sayur, tahu-tempe, dan makanan bergizi lainnya? sebaiknya anak ‘dilaparkan’ dulu. Tetapi, kita siapkan makanan yang sudah kita programkan, nanti berangsur-angsur dia akan mau, tetapi memang perlu telaten, disiplin.
12. Sebaiknya sedini mungkin kita menerapkan penghargaan dan hukuman yang edukatif. Misalnya, pada waktu anak mau makan dipuji, diajak jalan-jalan, ciuman, pelukan. Bila tidak mau makan, katakan, misalnya, ibu atau ayah tidak mau lihat televisi bersama-sama, tidak mau jalan-jalan lagi.
13. Setelah anak berusia enam bulan, lebih bagus membuat bubur sendiri, karena ada macam-macam pilihan sayuran dan lauk-pauk yang bisa mengurangi kejenuhan rasa. Misalnya, hati dengan bayam, kemudian wortel dengan tempe, kangkung dengan tahu, dan sebagainya. Namun, bila dengan makanan tersebut anak mengalami diare atau muntah maka menu harus dievaluasi.
14. Pada saat bayi mengalami perubahan makanan seperti enam bulan, sembilan bulan satu tahun, dia akan merasa-rasakan karena rasanya aneh sehingga kadang dimain-mainkan seperti dimuntahkan, ini harus dimasukkan lagi. Prinsipnya bila makanan tersebut dimuntahkan, harus sedikit-sedikit dan makanannya harus lebih cair lagi.
15. Pada kasus anak yang mengalami gangguan psikis yang manifestasinya pada lambung dengan muntah bisa teratasi kira-kira setelah tiga tahun. Tetapi, kasus seperti itu jarang dan tidak menjadi masalah asal kebutuhan gizi, kalori, lemak, proteinnya tercukupi.
16. Jangan panik. Tidak mungkin anak sengaja membuat dirinya kelaparan. Ingat, pertambahan berat anak kecil maksimal adalah 2 kg (sekitar 4 1/2 lb) setahun. Karena itu janganlah terkejut apabila dia tidak mau makan 3 kali sehari secara normal.
17. Pastikan anak anda tidak mengkonsumsi jus terlampau banyak. Terlalu banyak jus membuat perut penuh dan menurunkan selera makan sehingga tidak cukup tempat untuk makanan bergizi. Bila anak merasa haus, berikan dia air minum.
18. Coba hidangkan sayur mentah (hindari sayur yang sulit dikunyah, wortel misalnya); banyak anak lebih menyukainya ketimbang sayur yang dimasak.
19. Jangan memberikan pilihan lain ketika anak menolak apa yang dihidangkan di depannya. Kalau anak lapar, dia akan menyantapnya pada jam makan berikutnya.
20. Satu jam makan cukup 30 menit saja. Walau makannya tidak banyak, hentikanlah tanpa sikap emosional.
21. Jangan jadikan makanan pencuci mulut sebagai umpan atau hadiah karena mau makan. Apabila pencuci mulut memang bagian dari menu, jangan paksa dia mengosongkan piringnya dulu. Berdasarkan penelitian, membujuk atau mengumpan agar anak mau makan seringkali akibatnya malah berlawanan dengan tujuan dan anak justru makan lebih sedikit ketimbang dibiarkan sendirian.
22. Jangan mengganti makanan dengan suplemen multivitamin dan mineral; berikanlah sesuai dosis yang dianjurkan ahli kesehatan anda.
23. Sebaiknya kita juga memberi contoh dengan mengkonsumsi makanan yang sama dengan lahap. Bila anak melihat orang tua memakannya, maka anak akan cenderung meniru dan juga ikut memakannya. Tanpa dipaksapun, anak akan ingin mencoba makanan tersebut. Tak akan ada gunanya memaksa anak makan sayur, sedangkan orang tuanya tidak makan sayuran.
24. Bila mengajak anak ke restoran, pilihlah restoran yang memberikan pilihan menu makanan yang cukup sehat. Jangan terlalu sering membawa anak ke restoran fastfood. Makan di restoran juga bisa digunakan untuk mengajar anak berperilaku baik saat makan.
25. Kebiasaan jajan. Jajan seringkali menggangu makanan utama anak. Bila orang tua membiarkan anak untuk makan jajanan, maka di kemudian hari anak akan selalu mencari jajanan. Bila anak merengek meminta makanan yang dilihat melalui iklan tv, diberikan teman atau dioleh-olehi kerabat, tanamkan disiplin bahwa makanan tersebut boleh dimakan sehabis menikmati makanan utama. Jadi, akan utama yang berisikan nutrisi yang dibutuhkan anak tetap dikonsumsi.
26. Jangan hukum anak bila makannya tidak oke.
27. Jangan menyogok anak untuk makan.
28. Jangan singgung-singgung kelakuan “nakal” anak pada saat makan.
29. Jangan harap anak langsung menerima makanan baru.
30. Larang anak melakukan hal-hal yang tidak anda sukai, seperti membuang atau melempar makanan.
Yang jelas dan perlu diingat baik2 oleh tiap ortu adalah, seberapapun anak gak mau / susah makan, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan ! Selama mentalnya sehat. Artinya, begitu ia kelaparan, maka ia akan makan.
Ingat, tanggung-jawab anda adalah memberikan ragam makanan yang bergizi seimbang. Tanggung-jawab anak adalah memutuskan berapa banyak yang dikonsumsi. Semakin dipaksa, akan semakin sulit untuk makan. Sebaliknya, orang tua menciptakan suasana yang menyenangkan, jadi si kecil akan merasa bahwa makan juga menyenangkan. Siapa yang memberi makan pun punya pengaruh. Bila yang memberi makan anak adalah orang yang ditakuti, yang sering memarahi dan memaksanya, maka anak akan merasa bahwa makan adalah hal yang menakutkan.

Pemikiran anak berbeda dari orang dewasa. Bila anak merasa makanan tidak enak, pastinya dia tidak akan mau memakannya, sekalipun penuh gizi dan nutrisi. Sebisa mungkin, berikanlah anak makanan yang rasanya enak. Jadi, kenalilah kebutuhan anak anda, dan tanamkan pola makan yang benar kepadanya. Tentu saja, hal ini harus dimulai dari diri anda dahulu.

1 comments:

Unknown said...

anak anda susah makan sist? siasati saja dengan cara ini. yang lucu yang disuka :)

Post a Comment

Sasty

 

gadhing property Template by Ayah Bojonegoro | 2012